Jumat, 18 Maret 2011

PERUBAHAN SISTEMIK (SYSTEMIC CHANGE)

1. PENGANTAR
Barangkali tak ada soal politik paling panas setahun terakhir ini daripada kasus Bank Century yang menerima dana talangan (bail-out) berlebihan dari pemerintah. Dari kasus itulah maka istilah sistemik menjadi populer, karena alasan bail out tersebut adalah kekuatiran akan dampak sistemik bila bank tersebut bangkrut. Dalam hal ini kebangkrutan satu bank akan membuat publik menarik dana besar-besaran (rush) dananya dari bank yang dikuatirkan berdampak krisis ekonomi moneter nasional semakin parah.
Dari situ kita tahu bahwa masyarakat kita terbangun dari sistem-sistem. Masing-masing bagian dari sistem itu mempengaruhi sistem secara keseluruhan. Kebangkrutan Bank Century sebagai salah satu bagian sistem perbankan akan mempengaruhi sistem tersebut. Kekacauan sistem perbankan sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional akan mengacaukan perekonomian nasional. Bila sistem perekonomian nasional kacau, maka sistem perpolitikan juga akan semakin kacau dan seterusnya-seterusnya.
2. APA ITU PERUBAHAN SISTEMIK
Dari penjelasan kisah bank Century tersebut –lepas dari benar tidaknya kekuatiran sebagai alasan bail-out kita sudah mempunyai gambaran tentang perubahan sistemik. Perubahan sistemik adalah perubahan yang bersifat menyeluruh, mempunyai dampak luas, dan berkesinambungan.
Kita juga dapat melihat soal sistemik ini dari menganalisa tubuh kita. Organ dan bagian-bagian tubuh kita mempunyai hubungan satu sama lain yang membangun keseluruhan tubuh kita sebagai suatu sistem. Kesehatan atau kesakitan suatu bagian atau suatu organ akan berdampak pada kesehatan atau kesakitan seluruh tubuh. Tentu kita bisa membedakan mana organ yang lebih mempengaruhi mati hidupnya kita (organ vital: seperti jantung, otak, liver), dan mana yang menyebabkan tubuh sempurna atau cacat, tapi tetap hidup.

3. KEMISKINAN SEBAGAI SUATU SISTEM
Bila kita menganalisa suatu kemiskinan kita tahu bahwa penyebabnya bukan hanya satu, namun ada berbagai sebab yang saling berkaitan sehingga berdampak terjadinya kemiskinan.
Kita mengatakan orang miskin karena dia tak punya sumber nafkah, dia tak punya sumber nafkah karena tak punya pekerjaan, dia tak punya pekerjaan karena tak punya keterampilan, dia tak punya keterampilan karena kurang pendidikan, dia kurang pendidikan karena tak mampu sekolah, dia tak mampu sekolah karena orang tuanya miskin, orang tuanya miskin karena tak punya pekerjaan tetap dst dst. Analisa inipun sebenarnya belum lengkap karena seringkali faktor mentalitas juga berpengaruh besar. Ada orang cukup terampil tapi kurang bertanggung jawab sehingga keluar masuk perusahaan dan akhirnya tak ada lagi yang mau menerima dia sebagai pegawai. Dia punya mental yang demikian karena tidak dididik oleh orang tuanya, orang tuanya tak memberi teladan dan pendidikan yang baik karena mereka sendiri juga kurang terdidik dst dst. Kita juga masih bisa menambahkan faktor keadilan sosial yang tak kalah pentingnya. Misalnya, orang miskin karena menerima upah yang kurang adil, upah itu tak bisa menjamin hidup keluarganya, karena itu dia mencari obyekan lain, karena obyekan lain dia menjadi kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, karena kurang bertanggungjawab maka dia dikeluarkan dan mengangur, keluarganya menjadi semakin miskin dan kacau hidupnya, anak-anaknya menjadi anak jalanan dst dst.
Kompleksnya masalah kemiskinan membuat kita sering putus asa untuk mengatasinya, lalu mengatakan bahwa itu adalah suatu nasib, sehingga tak bisa dimengerti dan diatasi secara rasional manusiawi. Lalu kita tidak berbuat apa apa untuk mengatasinya, atau kita mencukupkan diri dengan melakukan pertolongan karitatif(amal kasih) secara spontan yang memang berguna, namun kurang membawa perubahan sistemik yang berarti.
Namun jelas sikap apatis atau pertolongan spontan belum cukup, dan pasti Tuhan menghendaki kita berbuat lebih. Dengan iman kepada Tuhan kita punya harapan. Namun harapan tanpa perwujudan tindakan nyata yang strategis hanya akan tinggal mimpi.

4. PERUBAHAN SISTEMIK SEBAGAI STRATEGI MENGATASI KEMISKINAN
Komisi Perubahan Sistemik berdasarkan pengalaman dan penelitian merumuskan beberapa strategi yang terbukti ampuh untuk mengatasi kemiskinan. Namun sebelum kita melihat masing-masing strategi tersebut perlu kita sadari bahwa perubahan sistemik hanya dimungkinkan bila kita berfokus pada suatu komunitas orang miskin, membicarakan permasalahan kemiskinan mereka, dan menggerakkannya untuk melawan kemiskinan tersebut. Jadi Perubahan Sistemik hanya mungkin sebagai gerakan komunitas orang miskin itu sendiri. Menolong satu dua orang miskin secara pribadi tidak akan menghasilkan perubahan sistemik. Kita tak dapat melawan kemiskinan secara umum, kita perlu berfokus pada suatu kemiskinan yang dihadapi sebuah komunitas orang miskin tertentu. Dan bersama mereka menemukan akar-akar kemiskinan mereka yang perlu diatasi bersama.
Berikut ini adalah 4 strategi perubahan sistemik melawan kemiskinan. Perlu diperhatikan bahwa masalah komunitas orang miskin mungkin membutuhkan beberapa strategi ini sekaligus.

4.1. Strategi yang berorientasi pada misi (Mission oriented)
• Melihat kemiskinan bukan sebagai situasi yang tak terhindarkan (nasib), namun sebagai hasil dari situasi tidak semestinya yang dapat diubah. Fokuslah pada tindakan yang akan memutus lingkaran kemiskinan mereka
• Rencanakan suatu proyek, berpikirlah kreatif untuk melahirkan kebijakan yang mengalir dari nilai-nilai dan misi kristiani dan vinsensian
• Wartakan nilai-nilai injili yang perlu untuk perubahan ke arah hidup yang benar, sambil tetap menghargai budaya setempat (serta penatuanya). Dengan ini kita mengakulturasikan karisma dan nilai nila kristiani dan vinsensian kedalam budaya mereka
Yang perlu diperhatikan di sini adalah kesadaran dan fokus pada tujuan(misi) serta strategi(jalan) untuk mengarah pada dan mencapai tujuan tersebut.

4.2. Strategi yang berorientasi pada pribadi-pribadi (Person oriented)
• Dengarkan dengan baik dan berusahalah sungguh-sungguh untuk memahami kebutuhan dan harapan orang miskin, ciptakanlah suasana saling menghargai dan saling percaya untuk menumbuhkan harga diri mereka
• Libatkanlah orang miskin itu, termasuk kaum muda dan wanita, dalam setiap tahap: mengenali dan merumuskan kebutuhan, perencanaan, penerapan, evaluasi, dan revisi
• Didiklah, latihlah, dan berilah bimbingan rohani kepada semua yang terlibat dalam proyek itu
• Kembangkanlah proses belajar agar anggota kelompok, terutama orang miskin itu sendiri, berbicara satu sama lain tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, berbagi gagasan dan bakat-bakat mereka, dan menumbuhkan semakin banyak anggota yang bekerja giat serta efektif serta pemimpin-pemimpin bijak dalam komunitas, pemimpin pelayan sebagaimana diinspirasikan oleh S. Vinsensius.
• Bangunlah model struktur komunikasi yang lancar, sehingga komunitas dapat menyadari potensi dan kebutuhan mereka, membuat keputusan yang disepakati komunitas, saling bertukar informasi dan strategi efektif dalam komunitas atau antar komunitas.
• Tumbuhkanlah keterlibatan dalam proses politik, lewat pendidikan kewarganegaraan bagi individu maupun komunitas.
• Dukung dan hargai mekanisme untuk mengembangkan solidaritas antar anggita komunitas.
Yang perlu diperhatikan di sini adalah kedekatan dan keterlibatan kita dalam hidup dan dunia orang miskin. Kesabaran dan sukacita kita untuk mendampingi mereka. Bukan kita namun merekalah pelaku utama perubahan hidup mereka. Tugas kita hanyalah mendampingi dan memfasilitasi mereka untuk menemukan sendiri akar permasalahan dan kebutuhan mereka, serta menyemangati mereka untuk berani bertindak mengatasi permasalahan dan mengusahakan pemenuhan kebutuhan mereka sendiri.

4.3. Strategi yang berorientasi pada tugas dan pengorganisasiannya (Task oriented)
• Mulailah dengan analisa serius mengenai kenyataan setempat, mengalir dari data konkret, dan rajutlah semua proyek berdasarkan kenyataan ini
• Milikilah visi menyeluruh, untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia – individual dan sosial, spiritual dan material, terutama pekerjaan, kesehatan, perumahan, pendidikan, pertumbuhan rohani – dengan pendekatan integral demi terjaminnya kebutuhan tersebut serta perkembangan yang berkelanjutan
• Terapkanlah strategi yang menyeluruh, mulailah secara sederhana, bagilah tugas dan tanggung jawab, usahakanlah pelayanan bermutu untuk menghargai martabat manusia
• Susunlah secara sistematis, bangunlah kelembagaan, dan evaluasilah proyek dan prosedurnya, tunjukkanlah indikator dan hasil hasil yang dapat diukur.
• Buatlah proyek itu mandiri dengan mengusahakan agar sumber daya manusia dan ekonomi yang dibutuhkan terjamin bagi kehidupan dan kelanjutannya.
• Usahakan keterbukaan (transparant), undanglah partisipasi untuk menyiapkan anggaran dan mengevaluasi laporan keuangan. Peliharalah dengan kontrol yang teliti akan manajemen keuangan.
Strategi ini sangat penting untuk mewujudkan keprihatinan menjadi tindakan nyata.
Yang perlu diperhatikan disini adalah berangkat dari realitas yang ada dengan potensi maupun permasalahannya, dan merumuskan dengan tepat dan konkrit perencanaan, penganggaran, tindakan serta pembagian tugas dan tanggungjawabnya.

4.4. Strategi yang berorientasi pada partisipasi dan solidaritas
• Tumbuhkembangkan tanggung jawab sosial berasama dan jaringan kerja, jadikanlah masyarakat peka dan peduli dalam masalah sosial pada setiap tingkatan- lokal, masional, internasional – untuk mengubah kondisi tidak benar dan tidak adil yang berdampak pada kehidupan orang miskin.
• Bangunlah visi bersama dari berbagai pihak yang berkepentingan: komunitas orang miskin, orang-orang yang tertarik untuk terlibat, donatur, gereja, pemerintah, swasta, perserikatan, media massa, organisasi internasional dan jaringan kerja sebanyak dan seluas mungkin.
• Perjuangkan perubahan situasi yang tak adil dengan hasil yang positif, lewat tindakan politik, menyangkut kebijakan dan peraturan publik.
• Milikilah sikap kenabian: memaklumkan, menolak, dan dengan kerja sama dengan berbagai pihak, terlibatlah dalam gerakan yang mendesakkan perubahan demi keadilan dan perdamaian bagi kebaikan semua orang (bonum commune)
Strategi ini sangat penting dan sering kali menentukan keberhasilan perubahan sistemik, apalagi kalau kita menghendaki perubahan yang cukup besar. Kita tak bisa bekerja sendiri, orang miskin juga akan lebih mudah bergerak bila semakin banyak pihak mendukung mereka. Belajar dari Yesus dan S. Vinsensius kita mengajak semua orang untuk menolong orang miskin bukan hanya demi keselamatan si miskin, namun juga demi keselamatan mereka sendiri. Karena pada akhirnya setiap orang akan diadili dari sikap kasihnya kepada Allah yang hadir dalam diri orang miskin (Mat 25:40).

Kesimpulan
Bila kita benar-benar ingin melayani orang miskin, spontanitas dan hati yang terharu belum cukup. Karena sering kali spontanitas itu hanya untuk memuaskan hati kita, membuat kita lega, tapi tidak mengubah nasib si miskin. Memang tidak mudah mengubah nasib mereka, namun bukannya tidak mungkin. Dibutuhkan pendekatan, dan perencanaan bersama mereka. Perlu strategi dan pelaksanaan yang membutuhkan kerja keras, tekun bersumberkan iman akan kasih Allah yang menginginkan setiap orang sejahtera sebagai citra dan anak-anakNya yang terkasih.

Sumber:
Commission in Promoting Systemic Change, Seeds of Hope – Stories of Systemic Change, July 2008

*) Disampaikan pada Seminar Perubahan Sistemik bagi Dewan Paroki dan Seksos di Surabaya dalam rangka Peringatan 350 tahun wafatnya St Lusa de Marillac dan St Vinsensius de Paul.

GSV 27210
Antonius Sad Budianto CM

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial