Jumat, 18 Maret 2011

MENUAI HARAPAN BARU

Br. Oktavianus Surya Hadikusuma, FC
Kasih Tuhan semakin terasa, ketika saya mengikuti persiapan kaul kekal di Prigen pada tanggal 1–31 Mei 2010 yang lalu. Persiapan ini telah mengukir kenangan indah dalam rerung hati saya. Melalui kenangan ini saya berharap menemukan terang dalam kegelapan. Singkatnya, bagi saya ini merupakan kesempatan emas untuk memurnikan motivasi saya sebagai pelayan-Nya, selain itu ini juga merupakan kenangan yang tak terlupakan dalam hidup saya. Alasan yang mendasarinya tak lain bahwa saya merasa bahwa Allah telah memperbaharui hidup dan memotivasi saya guna lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan demikian saya akan mampu mengabdikan diri pada-Nya dengan sepenuh hati melalui pelayanan terhadap sesama yang miskin dan lemah.
Bantuan para pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga serta pikiran terlebih hati mereka bagi kami (formandi) adalah perpanjangan tangan Allah yang telah membantu proses pengolahan serta pemantapan dalam memaknai hidup panggilan-Nya. Selain itu, dalam kesempatan itu saya juga dapat merasakan adanya persaudaraan di antara sesama penerus St. Vinsensius. Tentu ini merupakan kebaikan Allah yang telah menganugrahkan penyelenggaraan Rahmat-Nya bagi semua peserta pada umumnya dan saya pada khususnya.
Kiranya menjadi pelayan-Nya bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, terlebih dengan melayani saudara-saudari yang miskin dan lemah dengan memberi tempat di hati saya. Namun, itu semua merupakan amanat perutusan yang saya terima dari-Nya dalam rangka ambil bagian membangun kerajaan Allah di dunia semakin nyata. Satu hal yang terpenting dan tidak boleh terlupakan yaitu pelayanan pada mereka dengan cara mengangkat harkat martabat mereka tanpa mempunyai maksud untuk mengangkat diri sendiri. Hal ini yang berakibat pada memudarnya nilai-nilai cinta kasih dan tidak mempunyai arti sama sekali di dalam pelayanan kasih.
Kelemahan dan kerapuhan diri akan berakibat pada rendahnya kualitas pelayanan, patut disayangkan jika motivasi yang ada hanya berhenti sampai di sini. Maka pertobatan di sini yang menjadi kata kunci untuk mengadakan pembaharuan. Pertobatan tersebut akan membuahkan kebaikan sejati yang dapat dirasakan oleh saudara-saudari yang saya layani. Kami belajar dari St. Vinsensius yang juga mengalami pertobatan sebelum beliau mampu memberikan pelayanan cinta kasih dengan hati total.
Kami melihat kembali kehidupan St. Vinsensius ketika melayani orang-orang miskin yang terlupakan karena kekejaman perang dan sifat-sifat untuk mementingkan diri sendiri pada waktu itu. Dalam keadaan apapun St. Vinsensius siap sedia untuk memberikan tanganya kepada yang lemah tanpa memandang siapa mereka. Ingatan saya masih segar saat mengikuti sesi spiritualitas tangan yang telah diberikan pembimbing. Masing-masing pribadi bercita-cita menjadi kudus seperti St. Vinsensius sendiri. Ketika saya renungkan bukan hanya kekudusan itu yang terpenting tetapi bagaimana saya merealisasikan dalam hidup saya. Melalui pengalaman pelayanan itu akhirnya saya temukan buah-buahnya dalam kontemplasi saya. Buah yang membawa suatu perubahan dan harapan bagi hidup sesama yang saya layani karena mereka adalah tuan kita. Dengan kata lain bahwa melalui pelayanan cinta, seperti yang telah diamanatkan oleh Yesus pada para rasul itu Allah hadir dalam diri mereka yang kita layani.
Sebagai dasarnya saya melihat pembaharuan hidup panggilan sebagai pelayan-Nya merupakan Rahmat Allah. Saya sadar bahwa itu merupakan sebuah proses yang terikat oleh ruang dan waktu. Namun, yang menjadi terpenting yaitu sejauh mana usaha saya untuk bertekun menjadi pelayanan-Nya seperti yang diajarkan oleh St. Vinsensius mengenai kerendahan hati. Saya bersyukur akan cinta-Nya, walaupun saya lemah, namun Allah senantiasa memberikan cinta-Nya bagi saya. Harapan saya bahwa dengan cinta-Nya itu saya semakin teguh dalam menekuni panggilan-Nya yakni untuk senantiasa setia dan rendah hati dalam melayani saudara-saudari yang lemah dan miskin guna mengangkat harkat dan martabat mereka.
Melalui tulisan ini saya hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kebaikan para pembimbing. Segala yang diberikan para pembimbing memberi arti khusus dalam hidup saya. Menyadarkan saya akan kasih Allah yang selalu dekat dengan saya. Akhirnya, terima kasih Allah akan kebaikan-Mu yang telah memanggil saya sebagai pelayan-Mu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial