Jumat, 18 Maret 2011

JATI DIRIKU : DIKASIHI OLEH ALLAH

Sr. Caroline KYM

1. Pengantar
Setiap kesempatan adalah anugerah dari Tuhan yang patut saya syukuri. Demikian juga kesempatan yang dipercayakan oleh pimpinan kongregasiku untuk mengikuti kursus kaul Keluarga Vinsensian. Kursus ini diselenggarakan pada tanggal 1 – 31 Mei 2010 di Griya Samadi Vinsensius- Prigen. Peserta kursus terdiri dari 6 (enam ) tarekat yang berjumlah 31 orang. Bagi saya secara pribadi, tentu saja kursus ini menjadi lebih istimewa. Keistimewaan kursus ini adalah latar belakang peserta yang sama yakni pencinta dan pengikut Yesus melalui penghayatan Spiritualitas St.Vinsensius Depaul. Oleh karena itu, bagi saya merupakan rahmat istimewa dapat mengikuti kursus. Saya juga semakin mendapat gambaran yang lengkap tentang riwayat hidup dan perjuangan St.Vinsensius dan dapat mengalami persaudaraaan bersama saudara-saudari sepanggilan, khususnya satu pengahayatan dalam spiritualitas vinsensian.
Melalui kursus ini, saya semakin mengenal jati diriku dalam panggilan sebagai seorang suster. Di dalam perjalanan panggilanku saya seringkali bertemu dengan orang miskin dan merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu. Namun kadang kala, apa yang telah saya lakukan masih belum optimal. Saya teringat kata-kata St.Vinsensius berikut ini :“Hanya dia yang mengalami belas-kasih Allah sepenuhnya, dapat berbelas – kasih kepada orang. Vinsensius berbicara dari pengalaman”. (Butir Emas St.Vinsensius 30 September). Melalui kursus ini, kesadaranku akan saudara yang miskin dan menderita semakin diasah. Belas Kasih Allah yang telah saya alami sudah sewajarnya juga saya bagikan bagi sesama, terutama mereka yang miskin dan menderita.
Kursus Kaul Kekal KEVIN ini sungguh terorganisir secara sistematis. Tema-tema kursus diberikan secara bertahap dan mudah untuk diikuti oleh peserta. Di awal kursus, setiap peserta mendapat sebuah buku “IA MEMBUAT SEGALANYA MENJADI BAIK - Berjalan bersama Santo Vinsensius Depaul”. Buku ini mengisahkan kehidupan St.Vinsensius sejak kecil, perjalanan panggilannya dan karya-karya yang dilakukannya semasa hidupnya. Buku ini menjadi bacaan rohani bagi setiap peserta dan melalui buku ini saya sungguh mendapat pemahaman mengenai hidup dan perjuangan St.Vinsensius.

2. Aspek- aspek yang mendapat perhatian khusus selama kursus dan retret
1. Hidup Doa
Sungguh benar perkataan St.Vinsensus bahwa kerinduan kita yang paling dalam berasal dari Allah dan membahagiakan (Butir Emas St.Vinsensius 18 Juli). Sebagai pewaris semangat St.Vinsensius, dalam kursus ini hidup doa mendapat perhatian yang penting dan istimewa. Doa-doa bersama diatur secara bersama dan melibatkan semua peserta kursus dan juga pembimbing. Doa bersama ini merupakan kesempatan untuk mengalami kebaikan Tuhan. Para peserta kursus secara umum sangat menikmati doa, baik doa bersama maupun doa pribadi.
Khusus untuk ibadat malam,pembimbing memberikan kesempatan bagi para peserta untuk membuat doa kreatif. Kegiatan doa ini dilakukan secara kelompok. Usaha untuk membuat ibadat yang baik dan kreatif tentunya memerlukan kerjasama diantara anggota kelompok. Oleh karena itu, Kesempatan ini menjadi sangat istimewa dan berarti karena setiap orang diharapkan berperan untuk kemajuan kelompok.Setiap orang diharapkan dapat saling memahami dan berusaha untuk memberi yang terbaik. Biasanya wujud doa disesuaikan dengan pendalaman materi kursus pada hari yang berlangsung. Secara umum setiap kelompok sangatlah kreatif. Salah satu bentuk ibadat yang disajikan yakni menggali makna dan peran setiap orang dalam sautu komunitas.
Pada saat ibadat, setiap peserta memasukkan setangkai bunga pada sebuah vas bunga yang telah disediakan.Setangkai bunga melambangkan diri setiap orang yang bergabung dalam suatu persekutuan. Kehadiran setiap orang memberi warna tersendiri dalam kebersamaan.Melalui kegiatan ini, diharapkan setiap orang semakin menyadari perannya dan orang lain dalam suatu persaudaraan.Jadi, komunitas kita menjadi kuat dan berkembang, hal ini merupakan buah kerjasama antara semua anggota komunitas dan masing-masing anggota memiliki sumbangan untuk kemajuan komunitas.Doa ini sangat menyentuh hati para peserta kursus dan juga pembimbing.
Sebagai seorang religius, doa merupakan kebutuhan pokok. Ibarat tubuh memerlukan berbagai makanan untuk pertumbuhan dan kesehatan, demikian juaga hidup rohani memerlukan doa yang terus-menerus untuk kehidupan dan menyegarkannya. Sebagaimana dengan Yesus sang Guru yang merupakan seorang pendoa dan sekaligus juga pekerja keras.Sebelum Yesus melakukan tugas ataupun memutuskan sesuatu yang perlu untuk pelayanan-Nya, Dia berdoa dan memohon petunjuk kepada Bapa-Nya. (Luk 6 : 12).
Doa merupakan pusat hidup kristiani, sumber hidup komunitas dan karya pribadi dan bersama. Bagi St.Vinsensius sendiri doa menjadi roh yang menjiwai hidup bersama dan karya. St.Vinsensius mengungkapkan kerinduannya terhadap doa sebagai berikut:“Berilah aku seorang pendoa maka dia akan mampu melakukan segalanya”.

2.2 Persaudaraan
Setiap orang membutuhkan orang lain, sehingga dapat bertumbuh dan berkembang. Demikian halnya selama kursus ini, sungguh terasa bahwa masing-masing orang berusaha untuk saling mengenal dan membantu dalam panggilan. Keakraban dan kebersamaan diantara peserta belangsung dalam berbagai kegiatan kebersamaan, seperti makan bersama, doa bersama, belajar bersama, rekreasi bersama, sharing kelompok dan kegiatan lainnya. Kegiatan kebersamaan ini sangat membantu menumbuhkan persaudaraan antar peserta.
Perbedaan-perbedaan yang ada diantara peserta tidak menjadi soal dalam menjalin persaudaraan. Perbedaan itu merupakan kekayaan dan menjadi keindahan yang patut disyukuri. Memang dari banyak hal para peserta memiliki berbagai perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain adalah perbedaan tarekat, suku, hobi dan banyak hal lainnya. Hal yang paling berkesan bagiku secara pribadi adalah kedewasaan tiap-tiap orang untuk berusaha mengerti satu sama lain.
Melalui sharing bersama dalam kelompok, kami saling mengetahui perjuangan dan kehkasan dari tiap-tiap tarekat. Ada kekuatan dan semangat baru. Ternyata pengalaman jatuh dan pergumulan dalam panggilan dialami oleh setiap orang. Kemudian muncul kesadaran untuk senantiasa berjuang dan berusaha menekuni panggilan. Saya juga semakin menyadari bahwa keberhasilan dalam panggilan terjadi justru karena sesama juga. Dalam diri setiap orang ada sumber kebaikan, demikian pesan St.Vinsensius kepada pengikutnya (Butir Emas St.Vinsensius 18 April)
Kursus ini diikuti oleh mayoritas perempuan (26 suster). Hal ini tidak menjadi penghalang bagi para bruder dan frater untuk mengaktualisasikan diri. Kerjasama dan saling menghormati antar peserta sangat terasa. Setiap orang menerima orang lain apa adanya. Persaudaraan yang akrab juga terjadi antara peserta dengan pembimbing. Dalam kursus ini sangat terasa bahwa para pembimbing merupakan saudara dan saudari yang setia menjadi pembimbing bagi saudari yang lain.
Saat-saat kebersamaan, seperti makan bersama merupakan kesempatan untuk berbagi, bukan hanya berbagi makanan dan minuman tetap juga berbagi cerita dan pengalaman hidup. Ada saatnya seseorang yang berbicara dan saudari lain mendengarkan dan sebaliknya kadang kala menjadi pendengar.Kadang kala bila ada saudara dan saudari mengisahkan pengalaman yang lucu, yang lain serentak tertawa, hingga tak terasa waktu makanpun sudah usai.

2.3.Belajar bersama, refleksi pribadi dan bimbingan rohani
Saya sangat bersyukur karena memperoleh banyak informasi tentang kehidupan St.Vinsensius selama kursus ini. Penyusunan yang sangat sistematis antara tema yang satu dengan tema yang lain sangat membantu saya untuk memahami seluruh tema dengan baik. Para pembimbing menguasai tema masing-masing dan berusaha untuk memberi yang terbaik kepada peserta. Salah satu tema yang disajikan oleh Rm.Rafael Isharianto, CM yakni “Latar belakang dan kerinduan Vinsensius kanak-kanan” Masa kanak-kanak merupakan salah satu yang paling menentukan dalam hidup setiap orang, demikian juga untuk St.Vinsensius. St.Vinsensius pada masa kanak-kanak, merupakan seorang yang rajin, saleh, murah hati kepada orang miskin dan seorang yang saleh. Latar belakang masa kanak-kanak ini, tentulah menjadi pondasi yang kuat dalam hidup St.Vinsensius pada masa dewasanya.
Melalui pendalaman tema ini saya teringat akan masa kanak-kanak yang saya lalui beberapa tahun yang lalu. Saya juga mengakui bahwa pengalaman masa kanak-kanak juga mempengaruhi panggilan hidupku untuk menjadi seorang suster.Masih segar dalam ingatan saya, saat Romo Paroki mengunjungi gereja kami yang merupakan sebuah stasi, saya bersama teman-teman asmika (Anak Sekolah Minggu Katolik), segera berbaris untuk menyalam Romo. Pengalaman ini sungguh pengalaman yang sangat istimewa. Pengalaman ini telah menjadi motivasi bagiku untuk mengikuti Yesus melalui panggilan sebagai seorang suster. Saya yakin para peserta kursus yang lain juga mengalami hal yang sama, yakni semakin menyadari makna dan arti pengalaman masa kanak-kanak.
Sebagai mahluk sosial dan juga mahluk religius, St.Vinsensius telah berhasil menjadi seorang tokoh pembaharu dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Ia mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bekerja sama, mengajak, dan membina. Injil dihayati oleh St.Vinsensius secara sempurna. Ia belajar dari sang guru utama yakni Yesus Kristus. Yesus Kristus yang adalah Putra Bapa, merendahkan diri dan mengambil rupa sebagai hamba. Dia adalah hamba yang melayani sehabis-habisnya. Rm.Antonius Sad Budianto, CM sungguh memahami dengan baik mengenai Spiritualitas St.Vinsensius, dalam sebuah pengajarannya beliau dengan jelas memaparkan mengenai Lima keutamaan St.Vinsensius.Keutamaan St.Vinsensius merupakan pengembangan dari keutamaan Yesus Kristus sendiri. Lima (5) keutamaan St.Vinsensius tersebut adalah Simplisitas (Kesederhanaan), Humilitas (Kerendahan hati) , Mansuetudo (Kelembutan hati), Mortificatio (Mati raga), dan Karitas (Kasih). Saya sebagai pengikut Yesus dengan meneladani semangat St.Vinsensius, buah-buah keutamaan ini menjadi perjuangan dan tugas. Kriteria untuk mengukur apakah saya, anda dan kita semua sudah memiliki keutamaan adalah kasih kepada Allah dan sesama. Kasih kita haruslah bersifat afektif dan juga efektif. Ajakan St.Vinsensius “Marilah kita mencintai Allah dengan tenaga tangan dan peluh wajah kita (Butir emas St.Vinsensius 27 Oktober)” Disinilah menjadi semakin jelas bahwa ciri khas spiritualitas St.Vinsensius adalah spriritualitas tangan.
Beberapa tema lain yang juga mendapat perhatian dalam kursus ini adalah Buku harian- jurnal, Wawasan Gerejani Vinsensian, Biografi St.Vinsensius, Perjumpaan dengan tokoh-tokoh Rohani, Keterbukaan, Penemuan panggilan dan misiku, Pengaruh motivasi bawah sadar dan luka batin dalam hidup panggilanku, Ambisi St.Vinsensius, Cinta afektif dan effektif dan beberapa tema lainnya. Keseluruhan bahan –bahan kursus ini memberi gambaran menyeluruh mengenai perjuangan dan semangat bapak St.Vinsensius. Tema-tema tersebut diperdalam dengan berbagai pertanyaan refleksi pribadi. Hasil refleksi dapat disharingkan kepada peserta yang lain, dan terutama kepada pembimbing rohani. Pembimbing rohani memberikan masukan dan petunjuk, sehingga saya semakin berkembang dalam hidup rohani. Bagi saya hal ini sangat efektif dan telah menumbuhkan kesadaran baru akan jati diriku yang sungguh dikasihi oleh Allah. Keyakinan dan pemahamanku akan jati diriku ini semakin diperteguh dalam retret yang dipimpin oleh Rm.F.Hardjodirono, CM.

3. Penutup
Syukur yang tak terhingga patut saya haturkan kepada Tuhan yang telah memanggil saya dan saudari sekalian dalam panggilan suci ini. Segala kekayaan rohani, persaudaraan dan kesadaran sebagai jati diri yang dikasihi oleh Allah menjadi bekal dalam perjalanan selanjutnya, khususnya dalam pilihan untuk maju dalam panggilan melalui kesiapan hati untuk mengikrarkan kaul kekal seumur hidup. Saya semakin menyadari bahwa kaul religius yang saya janjikan bukan menjadi beban dan salib berat, melainkan sarana untuk setia dalam pembentukan diri, setia pada komitmen, sarana untuk mendekatkan diri pada apa yang saya pilih.Melalui kesetiaan saya untuk menghidupi kaul-kaul religius, sayapun dapat bertumbuh dalam kasih yang afektif dan efektif. Kasih yang afektif dan efektif akan mampu mendidik saya pribadi yang mandiri dan berdayaguna.Dengan demikian, saya juga dapat melayani dengan kasih yang afektif dan efektif.

Saya sangat terkesan dengan ungkapan Rm.Sad Budianto,CM saat misa terakhir yakni menggunakan kesempatan dalam kesempitan.Hal ini dimaksudkan bahwa dalam kesempatan yang sangat sempit sekalipun, saya dan kita haruslah mau dan sanggup untuk tetap melakukan tindakan kasih.Terimakasih untuk kebersamaan dan persaudaraan yang kita bina dan alami selama kursus ini. Marilah saling mendukung dan mendoakan.Semoga kita menjadi putra dan putri St.Vinsensius yang siap untuk melayani Tuhan dan sesama.Tuhan berkenan pada kita dan setia menyertai kita. Selamat!!!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial