Jumat, 18 Maret 2011

KERJASAMA DALAM KELUARGA VINSENSIAN: MODEL, PENGALAMAN, TANTANGAN


Antonius Sad Budianto CM

I. PENGANTAR
Keluarga Vinsensian adalah tema utama dari Musyawarah Umum CM 1998. Sejak itu kita mempunyai delegatus Superior General CM untuk Keluarga Vinsensian. Selain itu juga setiap tahun diedarkan surat yang disepakati dan ditandatangani oleh pemimpin internasional cabang-cabang Keluarga Vinsensian yang umumnya menyatakan tema kerjasama setiap tahun. Tema itu demikian konkrit seperti “Perang melawan Kelaparan”, “Perang melawan Malaria” dll. Tema konkrit ini diharapkan menjadi focus kerjasama Keluarga Vinsensian di setiap benua dan Negara. Karena temanya demikian konkrit, tidak setiap negara merasa tema itu sesuai untuk membentu orang miskin di negaranya, sehingga mereka juga tidak mewujudkannya dalam kerjasama mereka. Selain itu setiap cabang merupakan lembaga otonom yang mempunyai rencana masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan harapan masing-masing.
Selain soal tema, saya melihat kurangnya komunikasi di antara berbagai cabang Keluarga Vinsensian di tingkat internasional, regional(benua), maupun nasional. Dari sendirinya tanpa komunikasi yag baik mana mungkin kita mengusahakan kerjasama?
Setahu saya hanya 3 tarekat (CM, PK, dan RSV) dan 5 organisasi awam (SSV, AIC, JMV, Misevi, dan AMM) yang secara formal bergabung dalam kerjasama internasional ini. Padahal penelitian sr Betty McNeil (2006) menemukan 267 Serikat Hidup Kerasulan dan Lembaga Hidup Bakti, 10 tarekat Anglikan, dan 26 Serikat Awam yang termasuk Keluarga Vinsensian. Memang ada beberapa yang tidak hidup lagi, namun dari jumlah 305 lembaga itu, ada sekitar 183 yang masih hidup hingga kini.
Bagaimana kita dapat membangun kerjasama yang akan diikuti oleh sebagian besar anggota cabang dari Keluarga Vinsensian ini? Bagaimana bentuk kerjasama yang paling menarik dan bermakna bagi kebanyakan cabang Keluarga ini? Sejauh mana tahap kerjasama yang secara realistis dapat diikuti oleh kebanyakan anggota?

II. VINSENSIUS, ORANG YANG SELALU MENGUSAHAKAN KERJASAMA
Dipanggil oleh Allah untuk menanggapi kebutuhan orang miskin, Vinsensius tidak bertindak sendirian. Sebaliknya ia berkotbah untuk menggerakkan orang-orang untuk menanggapi kebutuhan itu. Mereka menjadi kelompok kerjasamanya yang pertama (AIC 1617) untuk melayani Allah dalam diri orang miskin, untuk melayani Allah dengan tangan yang selalu siap sedia dan keringat bercucuran. Kemudian dia mendirikan CM (1625) sebagai kelompok kerjasamanya yang kedua dalam mengikuti Kristus mewartakan injil kepada orang miskin. Ia juga mendirikan Konferensi Hari Selasa (1633) sebagai kelompok kerjasamanya yang lain dalam membaharui kehidupan imam. Pada tahun itu juga bersama Luisa de Marillac dia mendirikan Serikat Puteri Kasih (1633) sebuah kelompok gadis-gadis desa sebagai rekan kerjasamanya dalam melayani orang miskin secara total untuk seumur hidupnya.
Dalam menanggapi panggilan Penyelenggara Ilahi dengan segenap hati, Vinsensius menyentuh hati orang lain untuk bekerjasama dengannya. Dia tidak menggunakan mereka untuk melaksanakan misinya (apalagi itu bukan misinya, namun misi Allah), namun dia membina mereka untuk menyadari panggilan allah bagi mereka dan membantu mereka untuk tumbuh dalam kekudusan (bersatu dengan Allah).
Sebenarnya Vinsensius hanya mengikuti Gurunya secara konsekwen. Untuk melaksanakan misinya Yesus tidak bekerja sendiri, namun memanggil para rasulNya untuk hidup dan berkarya bersama Dia, dan menjadi kelompok kerjasamaNya. Beberapa perempuan juga mengikuti Dia dan menjadi kelompok kerjasamanya, terutama sebagai pendukungnya dalam bidang keuangan bahkan mungkin juga dalam bidang politik mengingat beberapa dari mereka isteri para pejabat teras. Dengan memanggil mereka untuk bekerjasama denganNya untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus tidak mengunakan mereka sebagai sarana, namun mengasihi mereka sebagai sahabat-sahabatnya, membina mereka, dan menumbuhkan mereka dalam kekudusan dengan ajaran, pelatihan, dan teladanNya.
Kita dapat menemukan model atau teladan yang sama dalam diri masing-masing pendiri kita. Itu bisa beato Frederic Ozanam, mgr. Rutten, mgr. Zweijzen, rm. Triest, Michelis, Glorieux, Anton van Heeren, Anton van Erp dan lain-lain. Mereka semua mengumpulkan rekan bukan hanya untuk bekerja, namun untuk bertumbuh dalam kekudusan dan keutuhan sebagai pribadi.

III. TUJUAN KERJASAMA
Umumnya kita bekerjasama untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan. Lalu apakah tujuan dari kerjasama vinsensian? Saya melihat ada dua jenis tujuan kerjasama:
1. Kerjasama Instrumental
Kerjasama ini terarah pada tugas tugas. Para rekan kerja bekerjasama untuk melaksanakan suatu tugas. Di antara mereka tidak perlu ada relasi pribadi, semua dan masing-masing mereka hanyalah sarana untuk melaksanakan tugas. Contoh kerjasama ini adalah para pekerja sebuah pabrik.

2. Kerjasama Formatif
Kerjasama ini terarah pada pribadi pribadi. Mirip dengan yang pertama, mereka juga bekerjasama, namun tujuan utamanya adalah bertumbuhnya pribadi pribadi rekan kerja. Baik Yesus maupun Vinsensius telah memberi kita contoh yang baik. Dan karena itu saya yakin seharusnya inilah tujuan dari kerjasama vinsensian: pembinaan menuju kekudusan dan keutuhan pribadi.

Dalam kenyataan dua jenis kerjasama ini dapat tercampur, namun kita harus selalu sadar bahwa tujuan dan arah yang utama adalah pembinaan pribadi pribadi itu. Jika kita selalu mencamkan tujuan ini maka buahnya yang melimpah adalah pemenuhan tugas terus menerus. Baik Yesus maupun Vinsensius telah melakukannya sebagai teladan bagi kita, dan buah-buah mereka yang terus menerus dan berkelimpahan demikian meyakinkan: kristianitas bagi Yesus, kita – Keluarga Vinsensian bagi santo Vinsensius.
Pentingnya pembinaan juga demikian jelas dalam keyakinan Jean Vanier seorang nabi besar jaman kita, pendiri komunitas orang berkemampuan beda L’Arche. Dia mengingatkan kita: “Pertumbuhan sejati terjadi tatkala anggota komunitas mengintegrasikan dalam hati dan pikiran mereka visi dan semangat dari komunitas. Dengan cara itu mereka memilih komunitas sebagaimana adanya dan bertanggungjawab atasnya. Jika orang belum mengintegrasikan visi itu ke dalam diri mereka maka mereka akan cenderung untuk meniru orang lain atau mereka hanya menumpang hidup. Ini berbahaya dan akan menghambat pertumbuhan menuju keutuhan” (Community and Growth, p.131)

IV. TINGKATAN KERJASAMA
1. Kerjasama dalam membangun spiritualitas in building spirits
Roh adalah pusat keberadaan kita. Roh memberi kita kekuatan dan tujuan dari hidup dan karya kita.
Spiritualitas Vinsensian didasarkan pada Yesus Kristus utusan Bapa untuk mewartakan injil kepada orang miskin.
Contoh: Seminar dan lokakarya tentang Spiritualitas Vinsensian, Retret Vinsensian dll.

2. Kerjasama dalam membangun sikap(keutamaan)
Sikap atau keutamaan adalah kebiasaan kita dalam mereaksi pribadi-pribadi, hal-hal, atau situasi-situasi. Sementara keutamaan dibangun berdasarkan hidup rohani, sebaliknya juga keutamaan membantu tumbuhnya hidup rohani dengan mewujudkannya. Lima keutamaan vinsensian dibangun dari keutamaan Yesus utusan Bapa dan pewartaan injil kepada orang miskin.
Contoh: Seminar dan lokakarya tentang keutamaan-keutamaan vinsensian, hal ini juga dapat lebih dikhususkan dalam kerasulan tertentu seperti pendidikan, karya sosial dll.

3. Kerjasama dalam membangun ketrampilan/keahlian
Ketrampilan/keahlian adalah kemampuan untuk melakukan karya atau kerasulan kita. Semakin trampil kita semakin mudah dan baik kita dalam melaksanakan karya kita.
Ketrampilan untuk mewartakan injil kepada orang miskin dapat berupa ketrampilan untuk mengajar dan melatih mereka untuk lebih berpikir, trampil, dan bertanggungjawab dalam bekerja. Dengan demikian mereka juga akan meningkatkan taraf hidup mereka.
Contoh: Seminar Systemic change, pelatihan untuk menjadi lebih ahli dalam bidang pertanian, otomotif (perbengkelan) dll.

4. Kerjasama dalam melakukan suatu karya atau proyek tertentu.
Sepakat untuk bekerjasama dalam menghadapi masalah tertentu.
Contoh: Perang melawan Kemiskinan, Perang melawan Malaria

V. KERJASAMA KELUARGA VINSENSIAN
Pengetahuan saya tentang Kerjasama Keluaraga Vinsensian Internasional sangat sedikit. Saya mendapat informasi dari situs Familia Vinsensiana di internet (website) atau dari surat edaran superior jendral kami. Dari situ saya mendapat kesan bahwa kerjasama untuk proyek tertentu secara internasional bukan hal mudah dan hanya sedikit yang berpartisipasi. Sebagaimana telah saya katakana di muka, kebutuhan konkrit dalam setiap wilayah dunia berbeda-beda. Mungkin belajar dari situ, sejak 2006 Keluarga Vinsensian internasional tidak menyebut suatu proyek tertentu.
Saya juga belum mendengar apapun tentang kerjasama Kleuarag Vinsensian di asia Oceania, dan saya berharap kita dapat membahas hal ini sekarang. Kita dapat mulai dengan saling mengenal satu sama lain, bertukar alamat e-mail dan semoga dapat menindaklanjuti dengan saling berkomunikasi. Tak mungkin ada kerjasama tanpa komunikasi. Jika kita berkomunikasi secara teratur, maka akan tumbuhlah rasa kekeluargaan dan persahabatan. Dan rasa seperti itu akan memudahkan jalan menuju kerjasama. Berikut saya akan berbagi pengalaman saya untuk menggalang kerjasama dalam Keluarga Vinsensian Indonesia (KeVin)

VI. KELUARGA VINSENSIAN INDONESIA (KEVIN)
1. Awal mula.
Keluarga Vinsensian di Indonesia diawali oleh para provinsial tarekat yang menghayati spiritualitas vinsensian pada saat Konggres Koptari pada tahun 1995. Frater Jan Koppen provincial CMM – mungkin terinspirasi Keluarga Vinsensian di Holland dan Jerman – mengajak romo Hardjodirono provincial CM untuk mengumpulkan para provincial tarekat vinsensian disela-sela Konggres tersebut. Mereka sepakat untuk menindaklanjuti dengan menyelenggarakan Hari Studi Vinsensian di GSV (Griya Samadi Vinsensius) Prigen, Jawa Timur 16-20 Juli 1996. Hari Studi ini diikuti dengan penuh semangat oleh berbagai tarekat vinsensian tersebut. Hampir semua provincial datang dengan mengajak 2-3 orang anggotanya. Kemudian pada tahun 1998 dan 1999 diselenggarakan pembinaan bagi para Pembina (formators)

2. Pengembangan
2.1. Penyebaran
Mengadakan seminar dan lokakarya terpusat di satu tempat hanya akan diikuti oleh sebagai kecil anggota. Mulai 2002-2007 para provincial tarekat vinsensian sepakat untuk menyelenggarakan Hari Studi Vinsensian di berbagai wilayah agar dapat diikuti oleh lebih banyak anggota. Mereka mengadakannya setiap semester di berbagai wilayah yang berbeda: Pematang Siantar (Sumut), Yogyakarta (Jateng), Kupang (NTT), Kediri (Jatim). Di setiap wilayah itu Hari Studi Vinsensian menyadarkan anggota bahwa mereka memiliki satu spiritualitas sumber (vinsensian), walaupun setiap pendiri tarekat mengkonkritkan spiritualitas itu sesuai dengan jaman dan situasi masing-masing. Kesatuan spiritualitas ini juga membangun rasa atau semangat persaudaraan bahwa kita semua termasuk dalam satu keluarga yang sama.

2.2. Temu Kaum Muda Vinsensian (TKMV)
Kami juga memikirkan untuk menyebarkan spiritualitas ini kepada kaum muda. Maka bulan Agustus 2002 kita mulai TKMV I di GSV Prigen. Kita mengundang juga anggota tarekat Kevin untuk ikut ambil bagian. Mereka menanggapi dengan mengirim bruder, suster, frater. Sekitar 120 orang mudika terutama dari paroki-paroki dimana CM berkarya, bahkan juga dari Kalimantan Barat ikut ambil bagian. Sejak itu Program ini diadakan setiap tahun. Beberapa wilayah seperti Jakarta dan Nangapinoh Kalbar juga berhasil mengadakan yang serupa di wilayah mereka

2.3. Misi Umat
Kita juga mengajak anggota Kevin untuk ambil bagian dalam Misi Umat tahunan. Beberapa suster, bruder, frater, bahkan imam ikut ambil bagian sejak beberapa tahun terakhir ini. Semakin banyak misionaris semakin baiklah Misi Umat, karena biasanya meliputi wilayah yang luas. Lebih-lebih ketika uskup Banjarmasin meminta kita untuk memberi Misi umat di berbagai wilayah keuskupannya selama 3 tahun berturut-turut. Setiap tahun lebih dari 100 misionaris terlibat dalam Misi Umat ini.

3. Pendalaman
Di samping menyebarluaskan semngata vinsensian dan rasa ikut menjadi bagian dalam Kevin, kami yakin juga dibutuhkan pendalaman kita akan spiritualitas ini. Beberapa hari seminar kurang memadai untuk pendalaman ini. Maka kita mengadakan dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang lebih lama.

3.1. Persiapan Kaul Vinsensian.
Program ini telah mulai dilaksanakan 2005 dan 2006 masing masing sekitar 2 pekan, namun hanya 2 tarekat ambil bagian. Walau para provincial telah setuju untuk penyelenggaran program ini, namun itu tak dari sendirinya membuat mereka berkomitmen untuk mengirim anggotanya ikut ambil bagian. Kita perlu mensosialisasikan program serius ini agar para provinsial tergerak untuk mengirimkan anggota mereka. Sebelum sosialisasi tentu kita perlu merumuskan dengan baik tujuan kursus kaul ini dan isi programnya, materi, metode dan prosesnya. Selain itu perlu membangun staf yang kompeten dan berkomitmen. Untuk ini kami mengajak mereka yang kompeten dari berbagai tarekat untuk berpartisipasi. Setelah memiliki konsep yang jelas tentang kursus ini dan staf yang dapat dipercaya kami mengirim undangannya ke setiap tarekat. Sadar bahwa undangan lewat e-mail tidak memadai, maka kami menindaklanjuti dengan menelpon, bahkan mengunjungi tarekat-tarekat tersebut. Hasilnya memang luarbiasa. Kita melaksanakan kursus kaul ini 1 bulan penuh Mei 2009 di GSV diikuti oleh 23 peserta dari 8 tarekat. Ada 2 staf purna waktu pria dan wanita, dan didukung oleh beberapa staf paruh waktu serta nara sumber. Program ini meliputi mendalami spiritulaitas vinsensian, ajaran sosial gereja, live-in, analisa sosial, hidup komunitas vinsensian, dan retret. Kita laksanakan program ini dengan metode proses kelompok (sharing, rekreasi, piknik, olahraga, permainan), refleksi pribadi, dan bimbingan rohani pribadi. Dalam evaluasi semua peserta menyampaikan rasa puas dan terima-kasih mereka.

3.2. Kursus Medior Vinsensian
Kita juga merencanakan sebuah kursus untuk kelompok medior anggota tarekat vinsensian. Beberapa tema yang sesuai bagi mereka misalnya, kepemimpinan vinsensian, mengelola krisis, tahap-tahap kehidupan, menemukan misi pribadi, tumbuh menuju keutuhan.

4. Perwujudan
Agar spiritualitas vinsensian terwujud dalam karya, maka kita juga menggalang kerjasama antar anggota yang berkarya dalam kategori kerasulan yang sama.

4.1. Forum Pendidikan Vinsensian
Karena hampir semua tarekat berkarya dalam bidang pendidikan, maka kita mulai dengan kategori ini. Semula kita bermaksud mengumpulkan anggota Kevin dari berbagai tarekat yang ahli di bidang spiritulaitas dan pendidikan untuk menyusun kurikulum pendidikan vinsensian. Namun setelah berdialog dengan beberapa anggota yang berkarya di bidang pendidikan persekolahan, kita mengubah rencana tersebut. Menyediakan kurikulum belum tentu dapat diterapkan dalam sekolah-sekolah kita. Lebih baikkita membentuk suatu Forum tempat berkumpul anggota Kevin yang berkarya di bidang pendidikan. Di situ mereka dapat saling berbagi, berdiskusi, mengundang pakar untuk seminar. Kemudian biarlah mereka yang memutuskan apa strategi yang tepat untuk menerapkan nilai-nilai spiritualitas vinsensian dalam pendidikan.
Pertemuan pertama diawali oleh Kevin di GSV 14-16 Agustus 2009. Menggembirakan sekali ada 42 peserta dari 10 tarekat yang hadir. Prosesnya dimulai dengan mendengarkan apa yang telah mereka lakukan di sekolah untuk menanamkan cinta kepada orang miskin. Kemudian diberikan 2 masukan. Pertama, tentang “Katekismus Pendidikan Vinsensian” yang menjabarkan konsep-konsep dasar pendidikan vinsensian. Kedua, “Jalan Vinsensian” yang berisi kutipan kata-kata santo Vinsensius yang relevan bagi pendidikan, disertai beberapa model bagaimana persekolahan yayasan Lazaris (CM) menerapkan nilai-nilai vinsensian dalam kurikulum sekolah.
Semua peserta sangat antusias ambil bagian dalam pertemuan ini dan sepakat untuk membentuk Forum ini. Mereka memilih beberapa fungsionaris untuk mengoraganisir Forum ini.

4.2. Forum Karya Sosial Vinsensian: Systemic Change
Mungkin agak aneh bahwa karya sosial bukan merupakan karya yang dominant dalam berbagai tarekat vinsensian. Beberapa tarekat vinsensian baru saja memulai Yayasan Karya Sosial di tarekatnya akhir-akhir ini. Sejauh pengamatan saya pada umumnya tarekat belum sungguh-sungguh memperhatikan mendukung yayasan seperti itu. Yayasan itu berkarya dalam berbagai bidang mulai pertanian, perburuhan, anak jalanan. Umumnya staf yang berkarya adalah relawan dengan sedikit honorarium.
Kami yakin banyak hal perlu dilakukan untuk mendukung kerasulan sosial ini. Karena itu kami berencana untuk memulai Forum Karya Sosial Vinsensian. Kiranya gerakan Perubahan Sistemik dapat diwujudkan dalam Forum ini

5. Penemuan dan Tantangan
5.1. Penemuan
- Tumbuhnya rasa kekeluargaan dan persahabatan sebagai buah sekaligus dasar untuk kerjasama.
- Disamping studi dan lokakarya bersama, penting sekali berkunjung ke komunitas-komunitas yang termasuk Keluarga Vinsensian, terutama rumah pusat mereka. Relasi personal adalah cara yang paling efektif untuk mengembangkan kerjasama apa saja.
- Pemahaman yang lebih kaya dan lebih jelas akan spiritualitas vinsensian, karena pendiri setiap cabang memberi tekana yang berbeda dalam mewujudkan spiritualitas vinsensian. Saling berbagi spiritualitas kita laksana menyusun mosaic yang indah dan warna-warni dari spiritualitas vinsensian.
-
5.2. Tantangan
- Karena setiap tarekat telah sibuk dengan agenda masing-masing, maka menawarkan program Kevin harus dilakukan dengen banyak sabar dan rendah hati. Seringkali mereka kurang memperhatikan tawaran itu dan tidak memberi tanggapan. Sering juga mereka lupa adanya tawaran itu. Atau kadang mereka menolak begitu saja tanpa sungguh membaca dan mengerti tawaran tersebut. Kita harus tabah dan tanpa malu terus berkomunikasi berulang-ulang untuk menjelaskan dan meyakinkan pentingnya program itu bagi mereka.
- Sedikit sekali pemahaman spiritualitas vinsensian di antara anggota Kevin. Banyak cabang – baik organisasi awam maupun tarekat – memandang santo Vinsensius hanya sebagai pelindung karya, sehingga mereka perlu menggali spiritualitas dari sumber-sumber lain. Saya yakin perlunya banyak menulis tentang spiritualitas vinsensian, untuk menunjukkan bahwa jalan vinsensian bukan hanya jalan untuk berkarya, namun jalan menuju Allah. Gereja dalam dunia yang semakin secular dewasa ini membutuhkan –lebih dari yang sudah sudah- spiritualitas keterlibatan (bukan pelarian dari dunia), suatu spiritualitas yang peduli dan tanggap pada permasalahan-permasalahan manusia, suatu spiritualitas injili yang sejati seperti spiritulitas vinsensian. Inilah sebabnya mengapa Vinsensius bersiteguh mempertahankan semua lembaga yang didirikannya agar tetap sekular, untuk menunjukkan dengan jelas bahwa spiritualitasnya yang tanggap akan masalah manusia berbeda dengan aliran aliran besar spiritualitas waktu itu. Spiritualitasnya telah menarik banyak orang pada jamannya dan masih jutaaan orang lagi yang termasuk dalam Keluarga Vinsensian setelah kematiannya dan mendapati spiritualitas itu sangat mengena bagi hidupnya.
- Masih sangat sedikit kerjasama yang ada antara vinsensian awam dengan vinsensian religius. Walaupun organisasi awam itu mandiri, mereka membutuhkan dukungan dan bimbingan rohani, jika tidak mereka bisa mengalami kekeringan rohani dan melupakan panggilan vinsensiannya. Selain itu seorang religius biasanya dianggap netral sehingga dapat menjadi penengah saat mereka berkonflik. Selain itu, mereka akan lebih dipercaya oleh hierarki Gereja dan awam lain jika mereka mempunyai rohaniwan sebagai pembimbing rohani, sehingga lebih mudah untuk mendapat tambahan anggota. Di lain pihak mendampingi umat awam dalam hidup dan kerasulannya akan mengembangkan kehidupn rohani si religius sendiri dan membuatnya lebih membumi dalam menghayati panggilannya.
- Walaupun sulit untuk menjalin kerjasama untuk suatu proyek yang sangat konkrit di tingkat nasional, masih banyak peluang kerjasama di tingkat membangun sikap/keutamaan dan ketrampilan dalam kerasulan yang sekategori (pendidikan, karya sosial, formation, kesehatan dll)


* versi bahasa Inggris makalah ini disampaikan pada Formation Session Vincentian Family in Asia Oceania in Bangkok Nopember 2009.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial