Rabu, 02 September 2009

WUJUD NYATA SPIRITUALITAS BELAS KASIH SCMM DI TANAH SUMBA WAIPADI NTT

Oleh: Sr. Paskalia Kolin SCMM

Tanah Sumba khususnya tanah Waipadi \ Koddi sangatlah gersang. Pekerjaan penduduk di tempat ini bercocok tanam dan nelayan. Di tanah Koddi ini khususnya bagian pedalaman banyak orang masih menganut kepercayaan (animisme) Merapu.
Di pedalaman Koddi ini banyak sekali orang menderita, karena penderita penyakit malaria masih sangat tinggi jumlahnya, demikian pula busung lapar, kurang gizi, TBC, dan berbagai macam penyakit lainnya, selain itu juga sulit mendapatkan air bersih. Sumba mengenal 2 musim yakni musim hujan dan musim panas. Di musim panas ini banyak orang bisa mati kelaparan atau karena penyakit. Di tempat inilah para suster SCMM hidup dan berkarya.

Karya yang diembankan oleh para suster di tempat ini antara lain : Poliklinik, Panti Asuhan, TKK, PKK, di samping itu ada juga pelayanan pastoral lainnya, misalnya : Melayani ibadat sabda di stasi, mengunjungi orang sakit, memberdayakan orang untuk bekerja ( HAM ). Dalam menjalankan karya-karya ini banyak sekali tantangan dan cobaan yang datang menghadang.

1. Poliklinik
Di Poliklinik ini sungguh para suster menerapkan spiritual belaskasih. Mengapa saya katakan demikian, karena yang datang di poliklinik adalah pasien dan yang sangat miskin. Poliklinik suster adalah poliklinik swasta, maka pasien yang datang berobat wajib untuk membayar, tetapi kenyataan tidak seperti yang dipikirkan oleh para suster. Karena pasien yang datang itu serba berkekurangan. Kadang mereka membayar obat dengan sayuran, jagung, telur ayam, padi dll. Dan kalau ada pasien yang diopname maka pembayaran itu dengan satu ekor anak babi atau padi empat kaleng kadang tidak terbayarkan. Padahal tarifnya sangat murah sekitar Rp.25.000,- per hari. Para suster tidak mungkin memaksa orang untuk membayar sesuai dengan patokan itu, banyak sekali yang harus ditolong di poliklinik tersebut. Dan yang anehnya lagi suster yang bekerja di poliklinik itu bukan perawat. Tapi berkat penyelenggaraan ilahi banyak pasien yang datang berobat di poliklinik ini tertolong. Poliklinik ini buka 24 jam walaupun tidak ada perawat atau Dokter. Kadang-kadang kami panggil perawat atau Dokter dari Puskesmas terdekat untuk menolong pasien yang gawat.
Pada umumnya para suster bertindak sendiri atas bantuan Penyelenggaran Ilahi dan syukur kepada Tuhan bahwa pasien dapat tertolong, Padahal umumnya pasien yang datang itu sudah gawat. Kadang juga para suster komunitas turun tangan membantu atau menolong suster yang bekerja di poliklinik itu. Walaupun begitu beratnya tugas namun para suster selalu gembira. Bekerja di poliklinik ini butuh keramahan, kesabaran, kesetiaan untuk mendengarkan keluh kesah pasien yang datang berobat, pokoknya siap sedia untuk melayani. Semua itu hanya mungkin terlaksana bila kami setia untuk berdoa.

2. Pengalaman tak terlupakan
Di Poliklinik ini juga orang datang untuk menitipkan bayi untuk tinggal di Panti asuhan. Saat saya berkarya di situ dalam satu tahun ada tiga kali orang datang untuk menyerahkan bayi di tangan suster untuk tinggal di Panti Asuhan. Diantaranya satu dipulangkan karena ayah dan ibunya masih hidup dan masih sanggup untuk memberi makan. Ada kecenderungan mereka kurang bertanggungjawab atas anak yang dilahirkan. Maka kami perlu menyadarkan mereka untuk mau bertanggungjawab.
Anak yang lain diserahkan ke panti karena ibunya meninggal karena TBC. Anak ini akhirnya meninggal juga karena TBC kulit kena jangkit dari ibunya, memang keadaannya sudah parah waktu dibawa ke panti.. Tapi sebelum dia meninggal para suster sudah berusaha untuk membawanya berobat ke Rumah Sakit sampai dengan pengoperasian TBC kulit itu tapi tidak tertolongkan. Bayi itu hidup sekitar 3 bulan 20 hari.
Bayi lain lagi diserahkan ke panti karena ibunya gila. Ibu ini sebenarnya tidak mau lagi untuk melahirkan atau tidak mau punya anak lagi tapi terus dia dipaksa oleh suaminya. Kami 3 orang suster dan 2 orang dokter datang dengan membawa anaknya yang sudah sekitar 2 minggu tinggal Panti Asuhan untuk melihat apakah ibu itu benar gila atau tidak,.karena orang disitu suka berbohong dan maunya terima bersih atau tinggal telan. Setiba kami di tempat itu kami melihat ibu itu di pasung tangannya di ikat. Ia sangat menderita, apalagi baru habis melahirkan, sedangkan suaminya cuek saja. Pada saat kami tiba disitu suaminya tidak ada . ibu itu melihat kami dan menangis dan ia berdoa Bapa kami walaupun terbata-bata. Dia mau supaya kami bawa dia ke susteran. Akhirnya kami membawa dia. Jarak antara susteran dan rumah ibu itu lumayan jauh. Sesampai di susteran dia mandi , makan, dan tidur di poliklinik dijaga oleh suaminya dan anak panti yang sudah besar. Sepanjang malam ia menyanyi, berdoa dan berteriak. Besok paginya kami bawa dia ke rumah sakit umum di kota Waikabubak untuk berobat yakni pengoperasian balik rahim, karena itu keinginan ibu itu yakni dia tidak mau punya anak lagi. Akhirnya ibu itu sembuh dan tidak gila lagi dan anaknya kami pulangkan.

3. Pelayanan Pastoral
Pelayanan pastoral juga sangat dibutuhkan di tempat ini. Sebelum berangkat untuk pelayanan pastoral para suster harus menyediakan keranjang obat, air di jerigen, sabun, handuk, gunting kuku dan makanan karena yang datang pada umumnya orang yang belum mandi dan yang sakit. Jadi sebelum memulai tugas para suster harus memandikan, memotong kuku baru sesudah itu para suster mulai ibadat atau mengajar. Sebelum pulang mereka diberi makan, di bagi obat obatan ( vitamin ).
Banyak sekali suka duka yang dialami oleh para suster SCMM yang berkarya ditempat ini. Kadang para suster jaga mencari air untuk minum,mandi,masak mencuci dll. Sumber air satu-satunya disitu adalah air sungai, tapi sungai ini bukan hanya untuk manusia saja tapi untuk binatang juga, karena di tempat ini banyak kuda dan kerbau yang dipelihara dan juga sebagai kendaraan mereka. Jadi tidak heran kalau di tempat ini banyak orang yang menderita sakit, termasuk kudisan.
Semua usaha dan karya itu terlaksana karena bantuan Penyelenggaraan Illahi dari Tuhan. Ini kisah nyata jadi saya mengajak keluarga Vinsensian untuk melihat dan merasakan bagaimana menderitanya orang-orang yang ada di pedalaman Sumba\ NTT . Di tempat ini para suster sulit untuk mendapatkan para donator, jadi para suster berjuang dan bekerja keras untuk menghidupi orang khususnya anak Panti Asuhan. Para suster bekerja kebun untuk menanam padi, jagung ubi, sayur-sayuran guna mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tanpa mengenal lelah. Suka dan duka para suster ini membuahkan hasilnya walau dilalui dengan penuh tantangan dan cobaan. Suster yang berkarya di tempat ini harus kuat,berani,sehat jasmani dan rohani, kalau tidak bisa tumbang di jalan.
Untuk mengetahui lebih jelas keberadaan para suster di Sumba khususnya Waipaddi \ Koddi di sini saya memberikan alamat komunitas

SUSTERAN SCMM ST.PAULUS
Waipaddi \ Koddi Bangedo
Sumba Barat Daya-NTT
No HP Suster Ursula SCMM 081 314 967 948.


0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial