Jumat, 18 Maret 2011

FORUM PENDIDIKAN VINSENSIAN

Jumat sore, 14 Agustus 2009. Wajah Romo Sad Budi CM nampak cerah. Dengan hangat dia menyalami setiap undangan yang datang. Romo koordinator Kevin ini layak bergembira karena inisiatifnya untuk mengadakan Forum Pendidikan Vinsensian (FPV) akhirnya terlaksana. Sore itu wakil-wakil dari FIC, CMM, SCMM, PK, BHK, PI, KYM, ALMA, PMY, dan CM berdatangan ke GSV Prigen untuk mengikuti pertemuan pertama FPV selama 3 hari (s.d 16 Agustus). Total hadir 42 peserta dari 10 tarekat. Forum yang diikuti oleh praktisi pendidikan yang berkarya di sekolah/yayasan milik tarekat vinsensian ini merupakan langkah awal untuk bekerja sama dalam penanaman nilai-nilai vinsensian di sekolah. Keterangan lebih lengkap tentang latarbelakang forum ini bisa dibaca dalam Buletin Kevin edisi Agustus 2009.Pertemuan diawali dengan acara keakraban yang dipandu oleh Rm.Paulus Dwintarto, CM dan Bpk. Thomas Da Silva. Peserta yang kebanyakan baru pertama berjumpa larut dalam gelak tawa saat berdinamika kelompok. Suka cita ini menjadi modal untuk menjalani pertemuan yang cukup padat. Secara umum pertemuan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, sharing dari setiap tarekat tentang pengalaman pelaksanaan spiritualitas Vinsensian (option for the poor) di sekolah-sekolah milik tarekat. Kedua, masukan dari narasumber tentang pendidikan vinsensian. Ketiga, tindak lanjut dari FPV ini.
I. Sharing Pengalaman
Setiap perwakilan dari Yayasan Pendidikan mendapat kesempatan untuk sharing pengalaman. Pada umumnya, semua yayasan sudah memiliki kepedulian terhadap orang miskin. Yang membedakan adalah soal kesadaran dan caranya. Misalnya, Br. Frans Sugi, FIC mengakui bahwa setelah sekian lama “menghilang” baru pada Kapitel Umum FIC 2006 Santo Vinsensius de Paul dimasukkan kembali sebagai tokoh penting yang memberikan inspirasi bagi para Pendiri Kongregasi FIC. Hal itu jelas dicantumkan dalam Konstitusi Art. 9 (revisi). Karena itu kesadaran akan nilai-nilai Vinsensian yang menjiwai hidup dan karya Bruder-bruder FIC sedang dimulai.
Dari sharing peserta, ada begitu banyak cara untuk mewujudkan dan menanamkan nilai Vinsensian di sekolah
1. Aksi
• Penyenggaraan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
• Kebijakan Penerimaan Siswa Baru (PSB) yang mengakomodasi siswa miskin (pembebasan atau keringanan uang SPP/uang pendaftaran)
• Solidaritas antar siswa: uang SPP yang bervariasi sesuai dengan kemampuan ekonomi, kolekte solidaritas
• Bakti Sosial baik periodik maupun insidental berupa: warung murah, sembako murah, pasar murah, donor darah, pengobatan gratis, buka puasa bersama orang miskin,
• Kunjungan ke: panti asuhan, panti jompo, tuna netra, anak-anak berkebutuhan khusus, orang miskin
• Live in
• Karya misi ke daerah pedalaman bagi para guru/karyawan
• Relawan bencana (banjir, gempa)
• Pendampingan pengungsi
• Penelitian lapangan tentang sebab kemiskinan (tugas kelompok)
• Pelatihan sosial
2. Doa & Refleksi
• Doa, ibadat, misa
• Renungan harian
• Rekoleksi, retret
• Pemajangan kata-kata mutiara
• Pendalaman hidup Santo Vinsensius dan Santa Luisa de Marillac
Bagi yang sudah menjalankan, sharing ini menjadi peneguhan. Bagi yang belum, sharing ini menjadi inpirasi dan masukan yang sangat berharga.
II. Masukan dari Narasumber
Ada dua narasumber: Rm. A. Sad Budianto, CM dan Rm. Ev. Eko Prasetyo, CM (Ketua Pengurus Yayasan Lazaris). Rm. Sad Budi, CM memaparkan gagasannya tentang pendidikan vinsensian dalam format tanya jawab (model katekismus). Pokok bahasan yang diulas: pendidikan menurut tradisi vinsensian; St. Vinsensius dan St. Louisa sebagai pendidik; latar belakang pendidikan St.Vinsensius & St. Louisa; visi St. Vinsensius tentang manusia. Sementara Rm. Eko Prasetyo, CM menyajikan tema “Mencari Paradigma Pendidikan Vinsensian”. Pencarian tersebut berpijak pada keyakinan dasar akan betapa penting dan strategisnya karya pendidikan untuk suatu perubahan sosial serta sumbangan nilai-nilai vinsensian terhadap proses tersebut. Kemudian Rm. Eko menguraikan pokok-pokok pendidikan berkarakter vinsensian yakni: preferential option for the poor, person oriented, efektif, kreatif, profesional, integratif, menghargai proses dan kolaboratif. Pokok-pokok tersebut diterapkan di yayasan dan sekolah melalui pembinaan yang menyeluruh (integratif).
Tindak Lanjut
Setelah sharing dan masukan dari nara sumber, peserta masuk dalam kelompok, sesuai dengan yayasannya untuk memberikan tanggapan atas forum ini dan mengusulkan tindak lanjutnya. Semua peserta menanggapi secara positif pertemuan ini dan mendukung adanya tindak lanjut. Sebagai langkah awal diadakan pemilihan kepengurusan FPV dari antara peserta yang hadir. Setelah melalui pemungutan suara, terpilihlah pengurus FPV periode I, masa bakti 2009-2010:
Ketua : Rm. Paulus Dwintarto, CM
Wakil Ketua : Br. Frans Sugi, FIC
Sekretaris 1 : Sr. Benedicta, PK
Sekretaris 2 : Sr. Yohana, KYM
Bendahara 1 : Sr. Priska, PI
Bendahara 2 : Sr. Sofiani Warasi SCMM
Pengurus baru kemudian mengadakan rapat kilat dan menyepakati dua program:
1. Mengirim hasil notulensi pertemuan pertama FPV ini ke setiap peserta untuk disosialisasikan ke yayasan/tarekat
2. Merancang modul-modul penanaman nilai-nilai vinsensian yang integratif.
Sebelum pulang, para peserta diajak untuk berolahraga dan berwisata ke air terjun “Putuk Truno” dan kemudian juga ke air terjun “Kakek Bodo” yang terletak di dekat rumah retret, yakni tempat wisata Tretes. Pemandangan dan air yang menggerojok dari ketinggian sungguh indah dan menyegarkan, terutama bagi peserta yang selama 2 hari 2 malam serius mengikuti pertemuan.
Semoga FPV ini juga menyegarkan para peserta untuk dengan kreatif menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai vinsensian dalam karya persekolahan.
(Rm. Paulus Dwintarto, CM)

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial