Jumat, 18 Maret 2011

Santo VINSENSIUS dan KAUM AWAM

Antonius Sad Budianto CM

1. PENGANTAR
Pada saat pemakaman Santo Vinsensius dalam kotbahnya Mgr. Henri de Maupas uskupTour mengatakan: ” Dia hendak mengubah wajah Gereja!”. Kini 350 tahun sesudah wafatnya, kita bisa melihat bagaimana wajah Gereja yang berubah. Santo Vinsensius yang diangkat sebagai pelindung karya amal kasih Gereja tentu dihubungkan langsung dengan orang miskin. Pilihan mengutamakan orang miskin dalam Gereja mungkin termasuk perubahan itu. Namun ada hal lain yang sebenarnya berubah, yakni makna kekudusan dan konsekwensinya bagi Gereja, khususnya bagi kaum awam.
2. KEROHANIAN DALAM DUNIA
Bagi Vinsensius Yesus Kristus adalah pusat dan sumber hidup. Membaca injil dengan baik Vinsensius (dan kita) mau tak mau akan menyimpulkan bahwa kerohanian Yesus adalah kerohanian dalam dunia (sekular). Karena itulah Vinsensius memisahkan diri dari de Berulle yang memuja Kristus jaya terutama di altar (Oratorian). Ia lebih cocok dengan ajaran Fransiskus de Sales khususnya dalam “Pengantar Hidup Rohani” yang menunjukkan bahwa kerohanian dapat dan seharusnya memang dihayati di tengah dunia.

3. PERWUJUDANNYA
Untuk mewujudkan spiritualitas seperti itu, maka Fransiskus mendirikan tarekat suster Visitasi dan meminta Vinsensius untuk menjadi pembinanya di Prancis. Seperti namanya tarekat ini bermaksud menghayati kerohaniannya dengan visitasi (mengunjungi) dan memberi pelayanan nyata kepada masyarakat. Sayang situasi Gereja saat itu membuat tarekat ini tidak berkembang seperti diharapkan. Mereka bahkan kemudian dikurung kembali ke dalam tembok biara, sebagaimana semua tarekat suster waktu itu.

4. FUGA MUNDI
Dalam Gereja waktu itu masih kuat sekali pengaruh kerohanian fuga mundi (lari dari dunia) yang mengalami puncaknya pada abad pertengahan. Dunia dipandang sebagai sumber dosa. Karena itu jika orang mau menjadi kudus, dia harus meninggalkan dunia ini dengan pergi ke padang gurun atau masuk dalam tembok biara. Kalau mau mengikuti Kristus dengan sempurna orang harus berani total meninggalkan dunia yang penuh dosa ini. Biara-biara raksasa terus dibangun dan dipenuhi dengan banyak orang yang mau mengikuti Kristus dengan sempurna, meninggalkan dunia dengan hidup membiara.

5. PANDANGAN TERHADAP AWAM DALAM GEREJA
Kerohanian fuga mundi membawa konsekwensi bahwa warga Gereja kelas I adalah mereka yang membiara, sedangkan kaum awam yang dianggap belum berani total mengikuti Kristus dipandang warga kelas II. Sebaliknya kerohanian sekular yang dibangun oleh S. Fransikus de Sales dan S. Vinsensius tentu saja bersikap positif kepada kaum awam yang sehari-harinya hidup dalam dunia. Baru pada Konsili Vatikan II kaum awam dihargai secara resmi oleh Gereja, itupun pada kenyataannya masih sering dianggap atau menganggap diri warga kelas II. Bagaimana pandangan kita sendiri?

6. VINSENSIUS MENGUBAH WAJAH GEREJA
350 tahun sebelum Konsili Vatikan II, Vinsensius telah menghargai dan memfasilitasi kaum awam ketika dia pertama kali menjadi pastor paroki di Clichy desa kecil di pinggiran Paris tahun 1612. Umat sederhana tersebut sangat hidup dalam menggereja, sehingga Vinsensius mengatakan bahwa baik Paus maupun uskup Agung Paris pun tak sebahagia dia. Sebaliknya umat Clichy juga sangat menghargai pastornya ini sampai sekarang, walau Vinsensius sebenarnya hanya sekitar 2 tahun menjadi pastor langsung mereka. Penghargaan Vinsensius pada kaum awam dan potensinya semakin jelas dalam hidup dan karyanya selanjutnya.

7. PERSAUDARAAN CINTA KASIH
Organisasi pertama yang didirikan oleh Vinsensius November 1617 di Chatillon les Dombes ini adalah organisasi awam. Melihat situasi kemiskinan yang luar- biasa, Vinsensius mengajak umatnya untuk tanggap. Umat sangat antusias untuk menanggapi. Vinsensius dengan cerdas mengajak mereka untuk mengorganisasi diri. “Orang miskin sering terlantar bukan karena tak ada yang peduli, namun karena tak ada yang mengkoordinir” (SV).

8. KASIH YANG AFEKTIF DAN EFEKTIF
Bagi Vinsensius kasih tak cukup hanya afektif, namun harus efektif. Dan agar efektif, maka harus diorganisir dengan baik dan penuh tanggungjawab. Bersama mereka dia merumuskan Aturan Hidup mereka. Nyata sekali dalam Aturan itu bahwa melayani orang miskin bukanlah sekedar karya sosial, namun karya rohani melayani Kristus sendiri.

9. PENGAKUAN GEREJA
Vinsensius melihat bahwa jika ingin lestari dan berkembang dimana-mana organisasi tersebut membutuhkan pengakuan Gereja. Maka dengan Aturan yang sarat spiritualitas tersebut ia mengajukan permohonan pengakuan dari Keuskupan Lyon yang segera memberikannya. Sekaligus pengakuan Gereja ini sebenarnya –disadari atau tidak- mulai mengubah wajah Gereja: kekudusan dapat diperoleh dengan mengasihi Allah di tengah dunia, terutama dalam diri orang miskin. Dan hal ini dapat dilakukan oleh kaum awam, maka merekapun mendapat peran dalam Gereja.

10. MENGEMBANGKAN
Dengan Pengakuan Gereja, Vinsensius mendirikan Persaudaraan Kasih dimana saja dia mengadakan Misi Umat, tentu saja dengan persetujuan pastor dan uskup setempat. Umumnya tak ada kesulitan dalam mendirikan karena tujuannya yang baik untuk menolong orang miskin. Ia juga dapat menggerakkan umat untuk bergabung karena menunjukkan tantangan nyata kebutuhan orang miskin. Ia minta imam CM mendirikan Persaudaraan Kasih dimana saja mungkin, terutama waktu Misi Umat.

11. MEMBINA
Vinsensius sadar bahwa mendirikan tidak terlalu sulit, namun memelihara dan membina mereka sangat dibutuhkan. Dalam Peraturan CM dia menulis agar imam CM mengunjungi mereka, terutama kalau sedang melakukan Misi Umat (CR VI, 1). Kemudian dia juga mengutus Luisa de Marillac untuk mengunjungi dan membina mereka. Luisa melakukannya dengan sangat baik, walau pada awal sering diremehkan sebagai awam dan (apalagi) perempuan.

12. MENDIRIKAN PUTERI KASIH
Melihat kesulitan konkrit pelayanan langsung kepada orang miskin oleh orang-orang kaya itu, maka S. Vinsensius bersama S. Luisa merintis berdirinya Putri Kasih diilhami oleh komitmen Margaret Nassau gadis desa yang rajin melayani orang miskin. Namun S.Vinsensius tetap mempertahankan spiritualitas dalam dunia (sekular) bagi Putri Kasih. SV mengatakan kepada mereka:
• Kapel biaramu adalah Gereja Paroki.
• Koridor biaramu adalah lorong-lorong jalan dimana kamu mengunjungi dan melayani orang miskin.
• Jikalau kamu sedang berdoa dan ada urgensi menolong orang miskin kamu harus segera berangkat meninggalkan Tuhan dan dalam doa, untuk menemui Tuhan dalam diri orang miskin yang gawat tersebut.
• Sepuluh kali sehari kamu mengunjungi dan melayani orang miskin, sepuluh kali kamu berjumpa dengan Tuhan

14. SERIKAT YANG BARU dalam GEREJA
Putri Kasih adalah suatu bentuk tarekat yang baru. Mereka berkaul dan hidup berkomunitas seperti biarawati, namun aktif berkeliaran melayani orang miskin dan sakit. Belajar dari pengalaman tarekat Visitasi yang digiring masuk ke dalam biara, dengan cerdik S. Vinsensius tak mau buru-buru minta pengakuan Tahta Suci. Maka dia meminta pengakuan Gereja dari Uskup Agung Paris yang segera memberikan karena melihat sendiri pelayanan PK bagai masyarakat miskin.

15. PERKEMBANGAN SELANJUTNYA
Vinsensius dan Luisa mengenalkan bentuk kekudusan baru yang sangat injili, karena dihayati oleh Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus tidak terus bersembunyi di padang gurun atau tinggal dalam biara. Dengan aktif dia melayani siapa saja yang membutuhkan, khususnya orang miskin ”Roh Tuhan mengurapi Aku untuk mewartakan kabar gembira kepada orang miskin” (Luk 4:18)
Setelah wafatnya ratusan tarekat dan organisasi awam didirikan dengan mengikuti jalan kekudusan ini. Mereka inilah Keluarga Vinsensian.

16. KERJASAMA
Telah banyak usaha dilakukan akhir-akhir ini untuk saling berkomunikasi, bertemu sebagai keluarga dan sahabat, sekaligus mendalami bersama spiritualitas vinsensian yang menyatukan mereka Masih banyak yang perlu dilakukan untuk saling mendukung untuk setia menghayati kharisma vinsensian dalam hidup sehari-hari. Walaupun masing-masing mandiri, Vinsensian awam dan religius sebenarnya dapat bekerjasama untuk saling mendukung. Awam vinsensian dapat senantiasa diingatkan untuk tidak melalaikan hidup rohani dan memaknai kegiatannya, awam religius juga akan senantiasa diingatkan untuk setia dalam pelayanannya kepada orang miskin. Selain itu kerjasama awam dan religius akan memudahkan pengakuan dari Gereja lokal, baik pastor paroki maupun umatnya. Pengakuan ini akan melancarkan pelayanan kita, sekaligus membuka peluang untuk mendapat panggilan vinsensian lebih banyak, baik sebagai awam maupun religius vinsensian.

17. MEMULAI DAN MEMELIHARA KERJASAMA
Kerjasama dimulai dan dipelihara dengan komunikasi yang baik. Dibutuhkan kemauan untuk memulai saling menyapa dan mengunjungi serta mengadakan pertemuan bersama. Alangkah baiknya bila komunitas religius merelakan salah seorang anggotanya untuk menjadi pendamping resmi yang akan setia mendampingi organisasi awam setempat. Sudah tentu mereka perlu mempelajari spiritualitas organisasi itu. Namun karena masing-masing menimba dari sumber spiritualitas yang sama, kiranya hal ini bukan suatu yang sulit.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright by kevin indonesia  |  Template by Blogspot tutorial